Rabu, 18 Maret 2015

TEBING KARATON BANDUNG





Tempat Wisata Tebing Karaton mulai diperbincangkan khalayak ramai pada pertengahan tahun 2014. Setiap orang berlomba-lomba berfoto dan mengupload foto selfie mereka di beberapa akun social media.


Pada saat itu, saya yg sedang bekerja di salah satu cafe di daerah kota Bandung, didatangi dengan sengaja oleh salah satu sahabat saya, dengan excited, hanya untuk memperlihatkan foto-foto Tebing Karaton.


Oke. Kebetulan besok saya mendapatkan jadwal off kerja dan tidak ada planning untuk kemana-mana.


Keesokan harinya, dengan berbekal browsing seadanya, kami berdua berangkat menuju Tebing Karaton.

Dari arah Dago bawah sesudah melewati Dago Pakar, jalanan masih mulus lancar. Namun setelah melewati Jalan Bukit Pakar  Timur, mulailah kita melewati jalan yg sesungguhnya yg rusak, penuh bebatuan, terjal dan menanjak. Harus extra hati-hati. Sesekali motor yg kami tumpangi sudah tidak kuat menanjak, sahabat saya yg dibonceng dibelakang, harus ikhlas turun jalan kaki untuk mengurangi beban. Hehee.


Setelah melewati Warung Bandrek (yg biasanya dijadikan tempat beristirahat untuk para bikers), kami masih harus melewati jalan sebelah kiri yg masih dalam keadaan terjal dan menanjak. Beberapa meter dari sana, akhirnya kita sampai ditempat tujuan.



Motor kami pun diparkir di area yg telah disediakan dengan biaya Rp 5000 dan tiket masuk Tebing Karaton Rp 11.000 perorang. Tiket itu juga sebagai tiket terusan untuk memasuki kawasan wisata Dago Pakar, jadi kita tidak usah bayar lagi apabila ingin sekalian ke Dago Pakar.



Kami pun masuk ke area Tebing Karaton dan langsung disuguhi dengan pemandangan yg begitu indah dan udara pagi itu yg begitu segar. Bukan hanya kita saja pengunjung yg dengan sengaja datang dari pagi, tapi ada beberapa pengunjung lain yg sudah standby lebih awal dari kita.




Sedikit tips berfoto selfie di Tebing Karaton dari saya:

1.       Harus bersabar. Mau antri karena banyak sekali pengunjung yg ingin berfoto selfie.

2.       Harus berhati-hati. Karena permukaan tanah yg licin.

3.       Harus mematuhi peraturan yg ada. Tidak boleh berfoto melebihi batas area aman karena itu sangat berbahaya sekali.

4.       Jangan buang sampah sembarangan.

5.       Dan jangan lupa wajib membawa tongsis (tongkat narsis) tentunya. Hehee.





Setelah kami menikmati pemandangan yg ada, udara segar pegunungan, suasana orang-orang yg asyik berkumpul dan berfoto selfie, kami pun memutuskan pulang dan mampir dulu ke Warung Bandrek, karena lapar dan ini sudah masuk jam makan siang.



Ada sedikit kejadian yg lucu dan menyebalkan waktu makan siang di Warung Bandrek. Ketika saya hendak mengambil pesanan makanan saya, bandrek yg saya simpan diatas meja, diminum oleh sekumpulan monyet-monyet Dago Pakar sana. Huuhh! Kalau si monyetnya bilang terlebih dahulu, pasti saya beliin 
kok..






“Mula-mula nama Tebing Karaton muncul pada awal Mei 2014, tepatnya pada pukul 24.00 WIB, pada saat itu pula saya langsung menulis nama Tebing Karaton. Lalu keesokan harinya saya simpan didepan rumah dilengkapi dengan petunjuk arah, dan setelah nama tersebut dipasang, setiap harinya pengunjung mulai berdatangan. Terkadang ada 2 motor, 3 motor, 5 motor dan seterusnya. Maka saya pun punya inisiatif untuk membersihkan halaman rumah saya, lalu diperlebar sedikit demi sedikit. Semakin lama semakin banyak pengunjung yg datang, lalu saya punya ide untuk membuat kotak uang dengan dalih untuk kebersihan dan perawatan jalan yg sampai saat ini kotak tersebut masih tersimpan dengan rapih sebagai saksi dari bukti yg nyata.



Maka dengan hati yg tulus, saya pun membuat jalan setapak ke tempat tujuan, berikut lahan parkir tanpa seorang pun yg membantu, akhirnya Tebing Karaton pun terkenal kemana-mana. Namun disisi lain banyak orang bertanya-tanya kenapa sih namanya Tebing Karaton? Tebing (dalam bahasa Sunda) Gawir, Karaton adalah sebuah kemewahan alam, kemegahan alam dan keindahan alam yg bisa kita nikmati bersama.



Maka saya tidak menulis Keraton yg identik dengan gedung yg layaknya istana tetapi Karaton Sunda banget. Dan sejak dulu memang sudah ada, cuman namanya bukan Tebing Karaton melainkan Cadas Jontor, yg artinya cadas tersebut menonjol kedepan dan mempunyai ketinggian yg berbeda dengan cadas-cadas lainnya.”



Begitulah sekelumit cerita dari penemu Tebing Karaton, Bapak Ase Sobana.




@rullzmika
Instagram: rullzmika


#TEBINGKARATONBANDUNG
#EXPLOREBANDUNG
#BANDUNG
#JENGKALJENGKALCERITA




Tidak ada komentar:

Posting Komentar