Tempat Wisata Tebing Karaton mulai diperbincangkan khalayak
ramai pada pertengahan tahun 2014. Setiap orang berlomba-lomba berfoto dan
mengupload foto selfie mereka di beberapa akun social media.
Pada saat itu, saya yg sedang bekerja di salah satu cafe di
daerah kota Bandung, didatangi dengan sengaja oleh salah satu sahabat saya, dengan
excited, hanya untuk memperlihatkan foto-foto Tebing Karaton.
Oke. Kebetulan besok saya mendapatkan jadwal off kerja dan
tidak ada planning untuk kemana-mana.
Keesokan harinya, dengan berbekal browsing seadanya, kami
berdua berangkat menuju Tebing Karaton.
Dari arah Dago bawah sesudah melewati Dago Pakar, jalanan
masih mulus lancar. Namun setelah melewati Jalan Bukit Pakar Timur, mulailah kita melewati jalan yg
sesungguhnya yg rusak, penuh bebatuan, terjal dan menanjak. Harus extra
hati-hati. Sesekali motor yg kami tumpangi sudah tidak kuat menanjak, sahabat
saya yg dibonceng dibelakang, harus ikhlas turun jalan kaki untuk mengurangi
beban. Hehee.
Setelah melewati Warung Bandrek (yg biasanya dijadikan
tempat beristirahat untuk para bikers), kami masih harus melewati jalan sebelah
kiri yg masih dalam keadaan terjal dan menanjak. Beberapa meter dari sana,
akhirnya kita sampai ditempat tujuan.
Motor kami pun diparkir di area yg telah disediakan dengan
biaya Rp 5000 dan tiket masuk Tebing Karaton Rp 11.000 perorang. Tiket itu juga
sebagai tiket terusan untuk memasuki kawasan wisata Dago Pakar, jadi kita tidak
usah bayar lagi apabila ingin sekalian ke Dago Pakar.
Kami pun masuk ke area Tebing Karaton dan langsung disuguhi
dengan pemandangan yg begitu indah dan udara pagi itu yg begitu segar. Bukan
hanya kita saja pengunjung yg dengan sengaja datang dari pagi, tapi ada
beberapa pengunjung lain yg sudah standby lebih awal dari kita.
Sedikit tips berfoto selfie di Tebing Karaton dari saya:
1.
Harus bersabar. Mau antri karena banyak sekali
pengunjung yg ingin berfoto selfie.
2.
Harus berhati-hati. Karena permukaan tanah yg
licin.
3.
Harus mematuhi peraturan yg ada. Tidak boleh
berfoto melebihi batas area aman karena itu sangat berbahaya sekali.
4.
Jangan buang sampah sembarangan.
5.
Dan jangan lupa wajib membawa tongsis (tongkat narsis) tentunya.
Hehee.
Setelah kami menikmati pemandangan yg ada, udara segar
pegunungan, suasana orang-orang yg asyik berkumpul dan berfoto selfie, kami pun
memutuskan pulang dan mampir dulu ke Warung Bandrek, karena lapar dan ini sudah
masuk jam makan siang.
Ada sedikit kejadian yg lucu dan menyebalkan waktu makan
siang di Warung Bandrek. Ketika saya hendak mengambil pesanan makanan saya,
bandrek yg saya simpan diatas meja, diminum oleh sekumpulan monyet-monyet Dago
Pakar sana. Huuhh! Kalau si monyetnya bilang terlebih dahulu, pasti saya beliin
kok..
kok..
“Mula-mula nama Tebing Karaton muncul pada awal Mei 2014,
tepatnya pada pukul 24.00 WIB, pada saat itu pula saya langsung menulis nama
Tebing Karaton. Lalu keesokan harinya saya simpan didepan rumah dilengkapi
dengan petunjuk arah, dan setelah nama tersebut dipasang, setiap harinya
pengunjung mulai berdatangan. Terkadang ada 2 motor, 3 motor, 5 motor dan
seterusnya. Maka saya pun punya inisiatif untuk membersihkan halaman rumah
saya, lalu diperlebar sedikit demi sedikit. Semakin lama semakin banyak
pengunjung yg datang, lalu saya punya ide untuk membuat kotak uang dengan dalih
untuk kebersihan dan perawatan jalan yg sampai saat ini kotak tersebut masih
tersimpan dengan rapih sebagai saksi dari bukti yg nyata.
Maka dengan hati yg tulus, saya pun membuat jalan setapak ke
tempat tujuan, berikut lahan parkir tanpa seorang pun yg membantu, akhirnya
Tebing Karaton pun terkenal kemana-mana. Namun disisi lain banyak orang
bertanya-tanya kenapa sih namanya Tebing Karaton? Tebing (dalam bahasa Sunda)
Gawir, Karaton adalah sebuah kemewahan alam, kemegahan alam dan keindahan alam
yg bisa kita nikmati bersama.
Maka saya tidak menulis Keraton yg identik dengan gedung yg
layaknya istana tetapi Karaton Sunda banget. Dan sejak dulu memang sudah ada,
cuman namanya bukan Tebing Karaton melainkan Cadas Jontor, yg artinya cadas
tersebut menonjol kedepan dan mempunyai ketinggian yg berbeda dengan
cadas-cadas lainnya.”
Instagram: rullzmika
#TEBINGKARATONBANDUNG
#EXPLOREBANDUNG
#BANDUNG
#JENGKALJENGKALCERITA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar